Pages

Wednesday, October 31, 2012

HIS Way...

Kuminta dari Tuhan setangkai bunga segar, Ia beri aku kaktus jelek dan berduri.
Kuminta kupu-kupu, Ia beri aku ulat bulu.
Aku kecewa dan sedih.

Beberapa hari kemudian....
Kaktus berbunga indah sekali dan ulat itu menjadi kupu-kupu yang cantik.

Itulah jalan Tuhan, selalu indah pada waktu-Nya.

Tidak ada yang benar...

Alkisah ada seorang Ayah dan Anak, dimana Ayahnya mengatakan kepada Anaknya : "Apapun yang kita lakukan di dunia ini belum tentu benar", dan sang Ayah mengatakan akan membuktikan pada esok harinya.

Pada keesokan harinya, diambil seekor keledai, dan sang Ayah meyuruh anaknya naik ke keledai itu dan sang ayah menariknya. 
Saat melewati pasar, orang2 di pasar mengatakan : "Anak yang tidak tau diri, orang tua sudah setua itu menarik keledai, dan dia enak-enakkan duduk di atas keledai".  Sampai dirumah, sang ayah mengatakan kepada anaknya : "Sudah dengarkan apa yang dikatakan orang, besok kita coba lagi, tapi kamu yang menarik keledainya ".

Keesokan harinya seperti yang sudah di rencanakan, orang2 dipasar pun mengatakan : "Memang orang tua tidak tau diri, anak sekecil itu di suruh narik keledai, sedang dia duduk enak diatas keledai ".  Sampai rumah sang ayah mengatakan kepada anaknya : "sudah dengarkan apa yang dikatakan orang, besok kita coba lagi, kita berdua akan menaiki keledai ini bersama-sama".

Dan saat melewati pasar, orang2 dipasar mengatakan : "Memang sepasang Ayah dan Anak yang tidak tau diri, mahluk  selemah keledai dinaiki bersama-sama".  Sampai dirumah, sang ayah mengatakan kepada anaknya : "Sudah dengarkan apa yang dikatakan orang, besok kita coba lagi, tapi kali ini keledai ini akan kita pikul bersama-sama".   

Pada saat melewati pasar, orang2 dipasar pun mengatakan : "Memang orang yang goblok, bukan dinaiki dan digunakan sebagai alat transportasi, malah dipikul".
Sampai dirumah, sang ayah mengatakan kepada anaknya : "sudah dengarkan apa yang dikatakan orang? ".

INTINYA :
Apapun yang kita lakukan, walaupun itu benar, tapi belum tentu dimata orang itu benar.  Maka jangan pernah putus asa dalam menjalani hidup.

Semoga ilustrasi diatas, menjadi semangat buat kita menjalankan hidup ini. 
Hidup adalah PROSES
Hidup adalah BELAJAR 
Tanpa ada batas UMUR
Tanpa ada kata TUA 
JATUH, berdiri lagi.... 
KALAH, mencoba lagi... 
GAGAL, bangkit lagi...
" NEVER GIVE UP "

Tuesday, October 30, 2012

Menurut Roosevelt

"The most important single ingredient in the formula of success is knowing how to get along with people."
- Theodore Roosevelt, 26th U.S. President
 
"Hal terpenting dalam rumus kesuksesan adalah mengetahui bagaimana bergaul dengan orang lain."
- Theodore Roosevelt, presiden AS ke-26

Berbagi Cinta

Apabila ada ajakan untuk berbagi, apa yang ada di pikiran kita ? Boleh jadi kita akan berpikir tentang berbagi dana, pakaian layak pakai, sembako, susu, makanan atau bentuk material lainnya.

Berbagi atau sedekah materi adalah hal yang wajar karena memang sudah menjadi kebutuhan kita, tetapi berbagi tidak harus selamanya berupa materi, CINTA-pun bisa kita bagi. Waah... Cinta seperti apakah ?

Pengalaman nyata dari ayah saya mungkin bisa menjadi pelajaran bahwa berbagi tidaklah mesti berbentuk material.

Setiap tahun, ayah saya punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan.
Kunjungan pertama adalah survey untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan seorang bocah bernama Nina.

"Nina, apa yang anakku mau sayang" begitu ayah membuka percakapan. "Nina mau baju baru?, sepatu baru?, tas baru? Atau apa nak? tambah ayah.
"Nggak ah… ntar om marah" jawab Nina.
"nggak sayang, om tidak akan marah" ayah menimpali.
"Nggak ah... ntar om marah" Nina mengulang jawabannya.

Ayah berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan ayah semakin menjadi.

Maka dia dekati lagi Nina sambil berkata, "ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang"
"Tapi janji ya om tidak marah" jawab Nina manja.
"Om janji tidak akan marah sayang" tegas ayah.
"Bener om tidak akan marah" sahut Nina agak ragu.
Ayah menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah.

Nina menatap tajam wajah ayah. Sementara ayah berpikir, apa gerangan yang diminta oleh Nina. "Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah' pikir ayah. Sambil tersenyum ayah mengatakan "ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah nak."

Dengan terus menatap wajah ayah, Nina berkata; "bener ya om tidak marah." Sekali lagi ayah mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya "om, boleh nggak saya memanggil ayah?"

Mendengar jawaban itu, tak kuasa ayah membendung air matanya. Segera dia peluk Nina dan mengatakan " tentu anakku... tentu anakku...mulai hari ini Nina boleh memanggil ayah, bukan om"

Sambil memeluk erat ayah, dengan terisak Nina berkata "terima kasih ayah... terima kasih ayah..."

Hari itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat ayah. Dia habiskan beberapa waktu untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina. Karena merasa belum memberikan sesuatu yang berbentuk material kepada Nina maka sebelum pulang, ayah berkata kepada Nina :
"anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan datang lagi kemari bersama ibu, apa yang kamu minta nak?"
"Khan udah tadi, Nina sudah boleh memanggil ayah" sergah Nina.
"Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda, otoped atau yang lain, pasti akan ayah kasih."
Sambil memegang tangan ayah, Nina memohon "nanti kalau ayah datang sama ibu ke sini, saya minta foto bareng ayah, ibu dan kakak-kakak, boleh khan ayah?"

Tiba-tiba kaki orang tua saya lunglai, dia terduduk, bersimpuh di depan Nina.
Dia peluk lagi Nina sambil bertanya; "buat apa foto itu nak?"
Tanpa ragu Nina menjawab "Nina ingin tunjukkan sama temen-temen Nina di sekolah, ini foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini kakak-kakak Nina."

Ayah memeluk Nina semakin erat, seolah ia tak mau berpisah dengan seorang bocah yang menjadi guru kehidupan di hari itu.
Terima kasih Nina, walau usiamu masih belia kau telah mengajarkan kepada kami tentang makna berbagi cinta.

Teman, sudahkah kita berbagi cinta dengan anak-anak kita ? istri atau suami kita ? atau orang-orang yang terdekat dengan kita dan orang-orang disekitar kita ?

Jangan sampai anak kita merasa tidak punya ayah karena sedikitnya waktu dan cinta yang tidak maksimal kita berikan padahal kita masih hidup satu atap bersama mereka.

Jangan sampai anak kita merasa tidak punya ibu karena saking sibuknya acara dan pekerjaan di luar rumah sehingga cinta tidak terasakan oleh anak-anak kita. Jangan sampai adik merasa tidak punya kakak karena padatnya jadwal kuliah dan kerja sehingga kita lupa bahwa adik kita masih membutuhkan cinta.

Relakah kalau anak-anak kita mencari cinta di jalanan, di cafe-cafe, di discotik, di mal-mal, karena di rumah tidak menemukan cinta, jika ini terjadi mereka akan menemukan Cinta Gombal yang akan menjerumuskan anak-anak kita di lembah hitam dan merenggut kehormatan dan kesucian anak kita yang tak ternilai harganya ?!, na’udzubillahi min dzaalik

Relakah kalau Suami atau Istri kita mencari Cinta lagi di luar rumah karena diantara kita tidak ada yang mau mengalah ? sibuk dengan urusan masing-masing.

Kisah dibawah ini semoga dapat melanggengkan cinta diantara kita :

Di buku rekor Guinness 2005, Percy Arrowsmith dan Florence tercatat sebagai suami istri tertua di dunia. Mereka telah menikah selama 80 tahun. Percy berusia 105 tahun, sedangkan istrinya 100 tahun. Namun, keduanya masih saling mencintai. Apa rahasianya ? “Sederhana!” kata mereka. “Kami tidak akan pergi tidur sebelum menyelesaikan konflik. Tidak enak tidur membawa kemarahan. Jika bertengkar, kami berusaha saling mengampuni sebelum larut malam, supaya hari itu bisa ditutup dengan ciuman dan genggaman tangan.”

Yoichi Chida, MD, Ph.D dari Departemen Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat, University College, London mengemukakan bahwa marah dan sikap permusuhan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner sebesar 19% pada orang sehat. Pada mereka yang sudah punya riwayat penyakit jantung sebelumnya, peningkatan ini mencapai 24%. Selain dengan penyakit jantung, marah dan sikap permusuhan juga berkaitan dengan kematian, asma, dan paru-paru. Tingkat sikap permusuhan yang tinggi semakin mempercepat terjadinya penurunan alami fungsi paru-paru. Kesimpulan tersebut merupakan hasil analisis terhadap penelitian US Normative Aging Study kepada 670 laki-laki.

Berbagilah cinta, karena itu lebih bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata. 
Berbagilah cinta, maka kehidupan anda akan lebih bermakna. 
Berbagilah cinta agar orang lain merasakan keberadaan kita di dunia ini.

Monday, October 29, 2012

Otak dan Tenaga

Ada sebuah perusahaan "pembuat sisir" yang ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga management ingin merekrut seorang penjual yang baru.

Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang datang mengikuti wawancara yang diadakan ... jika ditotal jumlahnya hampir seratus orang hanya dalam beberapa hari.

Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di posisi tersebut.. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.

Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di Wihara. Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara terakhir ini.
Pimpinan pewawancara memberi tugas : "Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali untuk memberikan laporan setelah itu."

Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Pimpinan pewawancara bertanya pada Orang Pertama :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?". Orang pertama menjawab: "Hanya SATU."
Si pewawancara bertanya lagi : "Bagaimana caranya anda menjual?" dia
menjawab: " Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang biksu muda karena kasihan kepada saya."

Pimpinan pewawancara bertanya pada Orang kedua :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?" Orang kedua itu menjawab : "SEPULUH buah."
"Saya pergi ke wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Saya menjual kepada mereka agar rambut mereka tetap rapih."

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Orang ketiga : "Bagaimana dengan anda?"
Orang ketiga menjawab: "Lima Ratus buah!"
Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.
Si pewawancara bertanya : "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"
Orang ketiga menjawab:
"Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, 'Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cinderamata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan salinan doa atau kata-kata bijak pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang karena terpikir akan dapat melihat senyuman damai di wajah para peziarah dan langsung memesan 500 buah sisir!"

Ini mungkin hanya sebuah cerita ilustrasi saja. Tapi dalam kenyataan hal ini juga sering menjadi gambaran pemikiran banyak orang. Apa yang sering orang anggap sebagai sebagai penghambat terbesar dalam karier mereka ? Bukankah sering kali orang menyalahkan keadaan ? Ini yang membuat Orang pertama tadi gagal. Sementara calon kedua sudah berani berpikir diluar kotak (Think out of the box) namun dia masih terpaku pada fungsi sisir hanya sebagai alat untuk merapihkan rambut
Sementara untuk calon ke tiga bukan hanya berani berpikir diluar kotak bahwa sisir bukan hanya alat untuk merapihkan rambut, melainkan bisa menjadi souvenir.
Kita tidak bisa mengatur situasi yang kita kehendaki. Tapi, kita bisa mengerahkan segenap kekuatan kita untuk mencari solusi. "Segenap Kekuatan" bukan hanya terbatas pada otot atau semangat tapi juga pikiran, ilmu dan kerja. Pendek kata Kreativitas otak dan upaya fisik. Itulah anugerah yang Tuhan telah berikan untuk kita perngunakan selama hidup kita di dunia.

Before you do it....

Before you speak, Listen!
sebelum Anda berbicara, Dengarkanlah

Before you write, Think!
Sebelum Anda menulis, Berpikirlah

Before you spend, Earn!
Sebelum Anda berbelanja, Hasilkan dahulu

Before you invest, Investigate!
Sebelum Anda investasi, Cari tahu dan selidiki

Before you criticize, Wait!
Sebelum Anda mengkritik, Tunggulah

Before you pray, Forgive!
Sebelum Anda berdoa, Maafkan

Before you quit, Try!
Sebelum Anda berhenti , Cobalah

Before you retire, Save!
Sebelum Anda pensiun, Menabunglah

Before you die, Give!
Sebelum Anda meninggal, Memberilah.

By William A. Ward

Thursday, October 25, 2012

2 Pikiran

DUA PIKIRAN

Ada 2 batu berbeda ukuran & berat dilemparkan secara serentak dalam 1 kolam. Keduanya menghasilkan gelombang yg saling bertemu & di mana riak² batu itu tampak seperti pertarungan mana yg lebih menguasai yang lain. Riak batu besar menyapu riak batu kecil.

Hal yang sama berlaku dengan pikiran kita, Semakin besar pikiran kita pada suatu hal, negatif/positif, pikiran itu akan menyapu semua pemikiran yang lebih kecil & keluar sebagai pemenang.

Pikiran kita tiap hari saling tarik menarik, kadang negatif, kadang positif. kalau pikiran positif lebih kuat, pikiran negatif akan sirna dengan sendirinya. Demikian sebaliknya.

Mana yang menang tergantung yang paling sering diberi makan. Artinya, bila kita setiap hari memasukkan hal² positif otomatis dia lebih kuat dibanding yang negatif. Itu cara kerja pikiran kita.

Sebab itu mulai hari ini perlu kita menjaga pikiran dengan hal yang benar & baik saja. Pergaulan & dengan siapa kita berhubungan setiap hari sangat menentukan pola hidup, tingkah laku & dampak buat masa depan kita.

Kamu adalah seperti yang kamu pikirkan, kalau berpikir jelek maka kamu benar2 menjadi jelek, tapi berpikir baik, akan membuat kamu dihargai oleh siapapun. Pilihan di tangan kita sendiri.

Tuesday, October 23, 2012

Pohon Apel dan Seorang Lelaki

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. 

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
 Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.
Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang……… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.


Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
 Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.


Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.
 Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Pohon apel itupun menjawab, “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu."


Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih. 

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
 “Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?


Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu. 

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” Kemudian anak laki-laki itu menjawab, “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu.”

Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali.

"Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.


Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita. 


Yang terpenting: adalah cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.