Pages

Thursday, January 31, 2013

Cerita Dahlan Iskan Pakaikan Sepatu 'DI 19' ke Tuna Wisma di Monas Zulfi Suhendra - detikfinance

Jakarta - Kegiatan senam pagi selalu rutin dilakukan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan di kawasan Monas, Jakarta. Namun ada kejadian menarik Selasa pagi lalu, Dahlan memberikan sepatunya yang bermerek 'DI 19' kepada seorang tuna wisma. Kok bisa?

Mantan Dirut PLN itu ternyata kasihan melihat seorang tuna wisma asal Papua bernama Yunus yang mengikuti kegiatan senam tersebut. "Yunus sebelumnya meminta izin apakah boleh mengikuti senam ini," kata Kepala Bagian Humas Kementerian BUMN Faisal Halimi kepada detikFinance, Kamis (31/1/2013).

Ternyata, kata Faisal, saat senam Dahlan memperhatikan tuna wisma tersebut, yang senam tanpa menggunakan alas kaki. Akhirnya usai senam, Dahlan langsung melepaskan sepatu yang dipakainya dan memakaikannya ke kaki Yunus tanpa segan-segan. 

"Pak Dahlan mencopot sepatunya dan memberikan sepatu dan kaos kaki yang beliau pakai kepada Yunus," kata Faisal. 

Dahlan kemudian pergi ke kantornya karena harus rapat. Yunus pun langsung diajak oleh salah satu Staf Dahlan untuk membersihkan diri di Kementerian BUMN.

Yunus tak menyangka dia mendapat rezeki yang berlimpah dari Dahlan. "Dia (Dahlan) bapak saya. Saya siap ikut dan nurut bapak itu dan akan saya jaga sepatu ini. Seandainya banyak bapak seperti dia (Dahlan)," kata Yunus kepada Faisal.

Pria bernama lengkap Muhammad Yunus itu sudah di Jakarta selama 8 bulan. Dia mengaku di Jakarta karena dibawa seseorang dari Jayapura dengan kapal laut dan diimingi pekerjaan. Namun orang yang membawanya hilang di pelabuhan, dan Yunus pun hidup menggelandang.

Salah seorang staf Dahlan Iskan menceritakan, agar Yunus tidak lagi menggelandang di Taman Monas, maka Yunus dititipkan ke pengurus musholla untuk sementara bantu bersih-bersih dan tinggal di musholla At Taqwa kantor Kementerian BUMN.

Dahlan telah memberikan permintaan kepada stafnya agar membantu Yunus mendapatkan hidup yang lebih baik.


(dnl/ang) 

Jakarta, Jokowi siapkan 4 rute gratis taksi air di Marunda


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menyatakan taksi air sudah bisa dinikmati warga. Rencananya ada empat rute yang disiapkan.
"Sementara ini ada dua, nanti yang untuk dari Marunda ke Muara Baru," Kata Jokowi di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (31/1).
Tahun ini akan ditambah dua rute lagi. Semua rute itu tidak dipungut biaya alias gratis.
"Nanti ada perjalanan dari Duren Sawit, Marunda, Ancol-Muara Baru, Muara Baru-Angke. Gratis dulu karena ini perintisan, nanti kalau sudah jadi bisnis, jalan," jelasnya.
Jokowi berharap dengan adanya transportasi air ini, beban di jalan akibat padatnya kendaraan lebih berkurang. Soal anggaran yang disediakan, Jokowi mengaku sudah diatur sesuai kepentingan.
"Agar beban di jalan juga lebih berkuranglah. Kalau soal anggaran-anggaran, gak hafal saya. Tanya dinas keuangan sana," tegas Jokowi. (merdeka/31/1/13)

Hidup Bocah Polos Zhang Da Menginspirasi Banyak Orang


KISAH NYATA : Hidup Bocah Polos Zhang Da Menginspirasi Banyak Orang

Zhang Da harus menanggung beban hidup yang berat ketika usianya masih sangat belia. Tahun 2001, ketika usianya menjelang 10 tahun, Zhang Da harus menerima kenyataan ibunyalari dari rumah. Sang ibu kabur karena tak tahan dengan kemiskinan yang mendera keluarganya. Yang lebih tragis, si ibu pergi karena merasa tak sanggup lagi mengurus suaminya yang lumpuh, tak berdaya, dan tanpa harta. Dan ia tak mau menafkahi keluarganya.

Maka Zhang Da yang tinggal berdua dengan ayahnya yang lumpuh, harus mengambil-alih semua pekerjaan keluarga. Ia harus mengurus ayahnya, mencari nafkah, mencari makanan, memasaknya, memandikan sang ayah, mencuci pakaian, mengobatinya, dan sebagainya.

Yang patut dihargai, ia tak mau putus sekolah. Setelah mengurus ayahnya, ia pergi ke sekolah berjalan kaki melewati hutan kecil dengan mengikuti jalan menuju tempatnya mencari ilmu. Selama dalam perjalanan, ia memakan apa saja yang bisa mengenyangkan perutnya, mulai dari memakan rumput, dedaunan, dan jamur-jamur untuk berhemat. Tak semua bisa jadi bahan makanannya, ia menyeleksinya berdasarkan pengalaman. Ketika satu tumbuhan merasa tak cocok dengan lidahnya, ia tinggalkan dan beralih ke tanaman berikut. Sangat beruntung karena ia tak memakan dedaunan atau jamur yang beracun.

Usai sekolah, agar dirinya bisa membeli makanan dan obat untuk sang ayah, Zhang Da bekerja sebagai tukang batu. Ia membawa keranjang di punggung dan pergi menjadi pemecah batu. Upahnya ia gunakan untuk membeli aneka kebutuhan seperti obat-obatan untuk ayahnya, bahan makanan untuk berdua, dan sejumlah buku untuk ia pejalari.

Zhang Da ternyata cerdas. Ia tahu ayahnya tak hanya membutuhkan obat yang harus diminum, tetapi diperlukan obat yang harus disuntikkan. Karena tak mampu membawa sang ayah ke dokter atau ke klinik terdekat, Zhang Da justru mempelajari bagaimana cara menyuntik. Ia beli bukunya untuk ia pelajari caranya. Setelah bisa ia membeli jarum suntik dan obatnya lalu menyuntikkannya secara rutin pada sang ayah.

Kegiatan merawat ayahnya terus dijalaninya hingga sampai lima tahun. Rupanya kegigihan Zhang Da yang tinggal di Nanjing, Provinsi Zhejiang, menarik pemerintahan setempat. Pada Januari 2006 pemerintah China menyelenggarakan penghargaan nasional pada tokoh-tokoh inspiratif nasional. Dari 10 nama pemenang, satu di antaranya terselip nama Zhang Da. Ternyata ia menjadi pemenang termuda.

Acara pengukuhan dilakukan melalui siaran langsung televisi secara nasional. Zhang Da si pemenang diminta tampil ke depan panggung. Seorang pemandu acara menanyakan kenapa ia mau berkorban seperti itu padahal dirinya masih anak-anak. "Hidup harus terus berjalan. Tidak boleh menyerah, tidak boleh melakukan kejahatan. Harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab," katanya.

Setelah itu suara gemuruh penonton memberinya applaus. Pembawa acara menanyainya lagi. "Zhang Da, sebut saja apa yang kamu mau, sekolah di mana, dan apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah dan mau kuliah di mana. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebutkan saja. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!" papar pembawa acara.

Zhang Da terdiam. Keheningan pun menunggu ucapannya. Pembawa acara harus mengingatkannya lagi. "Sebut saja!" katanya menegaskan.

Zhang Da yang saat itu sudah berusaha 15 tahun pun mulai membuka mulutnya dengan bergetar. Semua hadirin di ruangan itu, dan juga jutaan orang yang menyaksikannya langsung melalui televisi, terdiam menunggu apa keinginan Zhang Da. "Saya mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah!" kata Zhang Da yang disambut tetesan air mata haru para penonton.

Zhang Da tak meminta hadiah uang atau materi atas ketulusannya berbakti kepada orangtuanya. Padahal saat itu semua yang hadir bisa membantu mewujudkannya. Di mata Zhang Da, mungkin materi bisa dicari sesuai dengan kebutuhannya, tetapi seorang ibu dan kasih sayangnya, itu tak ternilai.

Pelajaran moral yang tampak sederhana, tetapi amat bermakna.